Sabtu, 27 Desember 2014

TAHUN YANG MENGAGUMKAN

Catatan Sepanjang Tahun 2014

Terima kasih Tuhan,...
Terima kasih Ayah dan Ibu, untuk doa-doanya yang terus menyertaiku.

Apa yang bisa saya katakan tentang Tahun 2014.
Sepanjang tahun ini, dunia seperti berputar bagi saya.
Begitu banyak pencapaian yang hadir bagaikan mimpi.
Terima kasih untuk semua ini...

Dimulai dengan rilisnya film "Comic 8", yang secara mengejutkan ternyata mendapatkan respon yang begitu baik. Memuncaki daftar Film terlaris di Indonesia tahun 2014 bahkan melampaui pendapatan The Raid 2 "Berandal", sungguh pencapaian diluar dugaan. Terlebih lagi, bisa bermain bersama Pakde Indro Warkop, sosok yang selama bertahun-tahun menjadi idola. Saya teringat, ketika masih kecil, selalu menonton film-film Warkop DKI bersama ibu saya. Sungguh suatu kemujuran bisa bermain dengan Pakde Indro. Pokoknya menyenangkan bisa menjadi bagian dari project ini. Semoga sekuel kami yang akan rilis di Tahun 2015 nanti bisa kembali memuaskan keinginan penikmat film di Tanah Air. Terima kasih Pak Naveen, Mas Anggy Umbara, Bang Dicky, dan Bang Adink, melelahkan bekerja dengan tim ini, tetapi semoga hasilnya terus memuaskan.

Lalu hadirnya serial drama komedi "Comic Story" di Kompas TV, yang mampu bertahan hingga dua musim. Tidak hanya sebagai tempat berkarya, bagi saya "Comic Story" juga telah menjadi tempat berlatih yang banyak menyediakan ruang untuk mencoba berbagai hal yang belum pernah saya coba sebelumnya. Bersama tim Kompas TV yang telah banyak memberikan kesempatan (dan entah bagaimana bisa membalas semua ini), kami mencoba menghadirkan serial komedi yang baru dan menyegarkan. Selalu menyenangkan bekerja dengan tim ini. Pastinya akan sangat merindukan moment-moment yang telah tercipta dalam proses pembuatan serial ini. Semoga bisa berjumpa kembali dalam project selanjutnya. Mas Tezar,  Mbak Arga, dan semua sahabat di Kompas TV, terima kasih untuk semua yang pernah diberikan, entah bagaimana cara bisa membalas semuanya.

Tahun ini saya juga berkesempatan menjadi pengisi acara dalam program Indonesia Lawak Klub. Sungguh luar biasa menyenangkan. Bisa belajar dari begitu banyak komedian kawakan di Indonesia. Kang Denny Chandra, Kang Komeng, Cak Lontong, Pak Jarwo, Kang Ronald, dan banyak lagi lainnya. Bisa berbincang dengan Cici Panda yang dulu pernah sempat membuat saya dan anak-anak kost yang isinya Orang Timur semua Termehek-mehek. Dan juga saling melempar jokes dengan Fitri Tropica yang menurut saya sungguh amazing dan genius sebagai seorang komedian. Terima kasih untuk Puang Maman Suherman dan Bang Ucok yang telah memberi kepercayaan dan membawa saya duduk bersama mereka semua. Sungguh suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri.

Lalu hadirnya program sketsa "Nusatawa" di Trans 7. Merupakan kebahagiaan tersendiri bisa terlibat dengan project ini. Mungkin banyak yang melihat ini sekedar tayangan sketsa komedi, seperti yang sudah-sudah. Tetapi bagi saya, mampu menyisipkan unsur kedaerahan ditengah deraan budaya Pop yang sedemikian kuat, merupakan kebahagiaan tersendiri. Bisa bermain bersama Chun Funky Papua, Putri Nere, Billy Beatbox, Ronny Lau, dan kawan-kawan lainnya, sungguh merupakan kehormatan. Mengikutkan Mop Papua dan memperkenalkan dialek Indonesia Timur dari berbagai pelosok, meskipun sekedar melalui sketsa komedi, tetapi semoga bisa membuat kita bisa saling mengenali satu sama lain. Semoga kedepannya Nusatawa bisa menjadi lebih baik lagi, dan makin memperkaya unsur-unsur kedaerahannya. Terima kasih untuk Pak Andi Chairil, Bang Ucok, dan Mas Eko, semoga bisa terus bekerja sama.

Yang tidak kalah menarik, adalah terlibat dalam proses pembuatan Web Series, "Second Chance", project dimana saya terlibat sejak perumusan konsep, penulisan script, hingga eksekusinya. Project yang kelebihan dan kekurangannya menjadi pelajaran bagi kami semua. Ini seperti mengerjakan rumah sendiri, sejak pondasi hingga atapnya dirancang dan diwujudkan bersama. Rumah yang kemudian dihuni bersama Koh Ernest, Ge Pamungkas, dan Ulfa Triyani. Dan tentu saja bersama tim lain yang sudah menjadi kerabat. mas Okky dan tim yang terus berproses bersama kami. Mas Dipa yang telah meloloskan project ini. Dan para penulis yang "Out Of The Box", Bene Dion, Dimzy, Andi Wijaya, dan Freddy, kalian luar biasa (mohon dibaca dengan intonasi mirip Ariel Noah).

Tahun ini, saya juga berkesempatan ke luar negeri. Hal yang sungguh diluar perhitungan. Jika dua tahun yang lalu saya bilang pada teman-teman nongkrong saya di Warung Kopi, kalau saya berencana akan ke Sidney pada tahun 2014, semua pasti gak terima, lempar asbak, atau mengguyurkan segelas kopi panas. Tapi siapa yang menduga, dua tahun kemudian saya menjejakkan kaki di Australia. Terlibat dengan pembuatan film "CJR The Movie", yang akan tayang tahun 2015 nanti saya akhirnya menginjakkan kaki secara legal di luar negeri untuk pertama kalinya. Tidak hanya itu, namun yang lebih menyenangkan adalah bisa bekerja dengan sahabat-sahabat baru saya, CJR dan Om Patrick. Aldy, Kiky, dan Iqbal mereka bertiga adalah sosok yang menyenangkan dan sangat bersahabat. Diusia yang sedemikian muda dengan prestasi dan ketenaran yang begitu cemerlang mereka bertiga ternyata adalah pribadi yang santun dan rendah hati. Semoga kalian bertiga tidak berubah dan makin dewasa. Menyenangkan bisa bekerja dengan kalian. Dalam project ini saya juga berkesempatan belajar banyak dari sosok Bang Abimana. Berbincang dengannya selalu bergizi dan menambah wawasan, sungguh suatu kesempatan yang luar biasa. Terima kasih untuk Om Patrick yang telah memilih saya masuk dalam project ini.

Ada beberapa agenda yang juga terjadi ditahun ini yang sangat menggembirakan. Hadir menjadi salah satu pengisi acara di Stand Up Fest, acara bergengsi dari Stand Up Indo. Tahun sebelumnya berhalangan hadir, maka ketika bisa berkesempatan, rasanya sangat menyenangkan. Yang berkesan juga ketika tampil mengisi acara di Kota Jayapura Papua bersama Saykoji dan Ras Muhammad salah satunya. Untuk berbagai sebab, saya selalu jatuh cinta dengan kota ini. Saya juga berkesempatan pulang kampung ke Wakatobi, berkumpul dengan keluarga dan menghabiskan waktu di pantai, menyelam, dan berburu ikan karang. Merasakan kembali menjadi anak pantai. Kemudian, menjadi pembicara dalam acara BaKTI di Makassar. Untuk pertama kalinya membicarakan sesuatu yang serius. Tampil di atas panggung bukan untuk melakukan Stand Up Comedy. Berkesempatan menjadi salah satu pengisi acara di Theater Salihara, tampil dihadapan sukarelawan ketika berlangsungnya kampanye Pilpres juga sangat berkesan. Demikian halnya ketika diberi tempat oleh Mbak Suciwati untuk hadir diperingatan 10 Tahun kepergian idola saya dalam pergerakan, Munir. Teramat sedikit yang bisa saya lakukan, tapi percayalah, saya menolak lupa dan akan terus mengingat siapa dan apa yang terjadi dengan Munir.

Tahun ini, saya juga memutuskan hijrah ke Jakarta. Kebutuhan pekerjaan satu-satunya alasan saya menetap disini selama setahun. Sangat berat meninggalkan Kota Malang yang saya cintai. Banyak yang harus dilepaskan. Sahabat-sahabat di Komunitas Stand Up Indo Malang, obrolan bersama Mas Reggy Hasibuan, Ary Wijaya, Mas Yuda, Kholiq, dan Mas Wawan yang selalu menyenangkan. Kawan-kawan dalam pekerjaan Tata Ruang yang luar biasa tangguh. Mas Koni, Bang Lulu, Arno, Ipay, dan lainnya. Selalu saya akan merindukan saat-saat semalaman begadang menggoreskan garis dan bidang di atas peta Indonesia. Saudara seperjuangan saya di Malang, Hery Yusman dan Henry Kusprapto, khusus untuk Henry sungguh menyesal tidak bisa saya hadiri pernikahannya. Malang selalu menyenagkan, semoga tahun 2015 berkesempatan menghabiskan lebih banyak waktu di Kota Malang. Pengen balik ke kampus lagi.

Hijrah ke Kota Jakarta adalah keputusan berat. Beruntungnya, saya lalu menemukan keluarga baru disini. Merem Melek Management yang selama ini telah membantu mewujudkan semua hal yang saya tuliskan diatas. Terima kasih telah menerima saya sebagai salah satu diantara kalian. Koh Ernest yang sejak awal banyak memberikan masukan dan menemukan potensi saya, kalau butuh opener untuk tour tahun depan saya sangat mengharapkan. Bang Dipa, manager yang gaul dan sangat fashionable, semoga tarif saya dinaikkan, karena saya lagi berusaha nabung untuk biaya nikah. Ge Pamungkas, sahabat dan pasangan bertengkar. Semoga dalam diskusi kita di tahun berikutnya jangan lagi membawa-bawa zodiak, karena itu sangat menyusahkan. Aditya, sang Road Manager. Terima kasih selalu menemani disetiap kesempatan. Biasakan diri dengan kelakuan saya yang ceroboh dan suka keselip kalau nyimpan sesuatu terus panik dan ngomel-ngomel. Sherly yang minyak, tolong faktur pajak saya ya, biar kita menjadi warga yang bijak dan taat pajak. Dan anggota baru Ardit, tolong keatas bentar, bersihin kamar abang, gak usah sok sibuk nulis materi. Terima kasih telah bersama selama setahun ini. Maafkan saya yang sering keras kepala. Semoga rumah tangga kita terus bertahan, meskipun tahun depan rencananya mau ganti nama. Mari berkibar bersama.

Saya juga berterima kasih untuk kalian semua penikmat karya saya. Siapa pun anda dan dimanapun anda berada. Terima kasih untuk dukungan, sanjungan, pujian, kritikan, masukan, makian, cercaan dan apapun itu yang saya anggap sebagai bentuk perhatian, baik ataupun buruknya. Semoga saya bisa terus memberikan yang terbaik yang saya mampu. Perhatian dan dukungan kawan sekalian terhadap karya kami, adalah bahan bakar bagi kami untuk terus berbuat. Jangan ragu untuk menyapa dimanapun kita bersua, selalu menyenangkan bagi saya bertukar cerita secara langsung dengan kawan sekalian. Jangan lupa terus ketik reg spasi...., lupakan. Maaf becanda, dan garing. Krik...

Demikian sekelebat catatan hidup saya sepanjang tahun 2014 ini. Banyak hal yang belum kesampaian. Saya belum sarjana, belum punya pasangan, masih tinggal di Kost, dan naik ojek kemana-mana. Tetapi saya sangat bersyukur dengan semua yang saya dapatkan.

By the way, mungkin tidak ada manfaatnya bagi kawan-kawan yang membaca tulisan ini. Tapi melalui tulisan ini, saya juga ingin menyampaikan, bahwa semua yang saya capai sepanjang tahun 2014 ini tidak hadir begitu saja. Jika orang berkata raihlah impianmu, maka saya ingin mengatakan bahwa apa yang saya raih saat ini justru tidak pernah saya impikan. Tetapi saya berusaha konsisten, bekerja keras, menjaga kepercayaan yang diberikan, dan serius menggeluti apa yang saya jalani.

Kita tidak pernah tahu sampai dimana panggung akan membawa kita, tetapi setiap kali hadir di atas panggung, hadirlah dengan sepenuh hati. Panggung apa pun itu.

Saya Arie Kriting, selamat malam....

NB :
Saya tidak punya resolusi untuk tahun 2015, biarlah semua terjadi seperti seharusnya.
Kita hanyalah pribadi yang menjalani takdir, biarkanlah ia hadir ketika saatnya tiba.

Apapun yang terjadi kelak, semoga anak ini tetap menjadi sosok anak pantai
yang sederhana dan tidak melupakan siapa dirinya.






Minggu, 14 Desember 2014

INGIN JADI ASTRONOT

Suatu hari ketika sedang survey di sebuah daerah terpencil di sekitar Magetan, kami bertemu dengan segerombolan anak SD yang baru pulang sekolah. Kami lalu menyempatkan mengambil foto mereka. Tidak sengaja saya mendengarkan teman saya bertanya pada seorang anak SD tersebut, "Cita-citanya mau jadi apa dek?". Yang lalu dijawab dengan polos oleh anak itu, "Saya nanti mau jadi Astronot".

Teman saya yang sepertinya kebanyakan menonton tayangan Mario Teguh, begitu bahagia melihat ada anak kecil dari daerah yang cukup terpencil, tetapi mempunyai keinginan besar untuk menjadi astronot. Dia sepertinya tidak menyangka akan menemukan jawaban itu dari anak SD yang pakaiannya saja kumal karena itu mungkin seragam satu-satunya.

Saya, yang entah kenapa lebih sering pesimis menemukan hal seperti ini, dengan senang hati medebat cara pandang kawan saya, terhadap cita-cita anak tersebut. Menurut saya, anak tersebut hanyalah anak polos yang harus diajari tentang bagaimana bercita-cita. Bahwa dia harus mencari cita-cita baru, yang kemungkinan besar bisa dicapai. Jadi guru, polisi, dokter, atau apapun asal jangan Astronot. Okelah, namanya juga sekedar cita-cita, gak ada salahnya seorang anak kecil bercita-cita besar. Oh ya? Lalu bagaimana jika cita-cita tersebut tidak tercapai? Karena, menurut saya dengan membiarkan seorang anak kecil menjalani hidup dengan bercita-cita menjadi Astronot itu adalah suatu hal yang sesat. Karena apa? Karena tidak mungkin tercapai. 

Mungkin membiarkan seorang anak bercita-cita menjadi astronot, itu sama saja dengan membiarkan seorang anak kecil bercita-cita menjadi Nabi. Seseorang harus menjelaskan kepada anak itu, bahwa Nabi terakhir sudah turun ke muka bumi. Dan tidak ada lagi Nabi setelah itu. Agar anak itu mencari cita-cita lain yang mungkin bisa dia raih. Bercita-cita menjadi Nabi, itu tidak mungkin. Menjadi Astronot, sama juga, tidak mungkin.

Saya sejak kecil bercita-cita jadi Insinyur. Karena menurut saya profesi Insinyur itu enak didengar. Astronot juga memang enak didengar, tapi tidak mungkin tercapai. Kalau jadi insinyur, masih mungkin dicapai. makanya saya masuk jurusan teknik. Tapi kemudian istilahnya diganti jadi Sarjana Teknik. Saya sempat kecewa, makanya kuliahnya jadi lama (oke ini cuma alasan yang dibuat-buat, tidak usah dianggap serius). 

Balik lagi, saya selama sekian waktu tetap bersikukuh bahwa seorang anak kecil di Indonesia, jangan dibiarkan memiliki cita-cita jadi Astronot. Karena menurut saya, sekeras apapun seorang anak belajar, secerdas apapun dia, ya tetap saja sulit kalau dia tinggal di Indonesia. Bahkan meskipun dia masuk kategori Genius. Dia tidak akan jadi astronot.

Sampai suatu saat saya baca artikel tentang Astronot pertama di Indonesia. Setelah sebelumnya tercatat nama Pratiwi Soedarmono, yang berencana menjelajah ke luar angkasa, tapi tidak kesampaian. Indonesia kabarnya akan memiliki calon Astronot lagi yang lolos seleksi melalu salah satu kompetisi yang diadakan oleh produk parfume khusus pria. Saya tentu berharap ini menjadi kenyataan. Agar anak Indonesia bisa berhak memiliki mimpi baru untuk menjadi seorang Astronot. 


Ini dia sepenggal beritanya, cukup menarik bagi saya. Semoga Indonesia segera memiliki astronot. Agar cita-cita ingin jadi astronot bukan lagi sekedar cita-cita.

Ya tetapi mungkin kita harus memberi pemahaman kepada anak-anak kita, utamanya yang bercita-cita menjadi astronot. Bahwa untuk menjadi astronot tidak cukup hanya dengan belajar giat dan memiliki wawasan yang luas. Tidak hanya harus memiliki stamina yang prima dan emosi yang stabil. Tetapi untuk menjadi astronont, juga harus maskulin dan memiliki daya pikat bagi perempuan. Entah apa hubungannya. Mungkin di luar angkasa bisa saja astronot bertemu dengan Cewek Alien. Sehingga alangkah baiknya, jika pada pertemuan pertama, cewek-cewek alien itu mempunyai pengalaman yang berkesan dengan pria-pria dari Bumi, utamanya dari Indonesia. Kita tidak ingin nama baik pria-pria bumi tercoreng di mata Cewek-cewek Alien, hanya karena astronot yang kita kirimkan kurang maskulin dan tidak memiliki daya pikat bagi perempuan.

Semoga cita-cita menjadi Astronot segera jadi kenyataan.

BIARKAN IMAJINASI MEMBAWAMU BERPETUALANG
HINGGA KEBAIKAN PEKERTI MEMANGGILMU UNTUK KEMBALI
PADA JATIDIRI



NB :
Berdasarkan UU No. 11/Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, Dikti kembali memunculkan gelar Insinyur, yang bisa dimiliki setelah seorang sarjana teknik mengikuti sekolah kompetensi. Ya akhirnya cita-cita saya untuk jadi Insinyur bisa kembali terwujud. Syaratnya, harus Lulus Kuliah dulu. Ehmm, ternyata lulus lama ada hikmahnya juga.




Senin, 08 Desember 2014

BIARKAN DIA JADI PEMIMPIN

Ceritanya begini...

Ada lima orang sahabat yang sedang mendaki gunung Amir, Kamil, Danu, Udin, dan Bahtiar. Lalu mereka tersesat dan kehilangan arah. Mereka berusaha menemukan jalan keluar, tetapi upaya mereka sia-sia. Lalu mereka bertemu seorang pencari kayu. Dan meminta si pencari kayu menunjukkan jalan keluar untuk mereka. Si pencari kayu pun menyetujui. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan dipimpin oleh si pencari kayu.

Ditengah perjalanan, mereka lalu mengetahui bahwa si pencari kayu ini bernama Andreas dan dia sebenarnya adalah salah satu pemuda didaerah itu. Andreas ini ternyata adalah penjaga gereja yang berada tidak jauh dari gunung tersebut. Mengetahui bahwa yang memimpin jalan mereka adalah seorang yang beragama Kristen, Danu menolak meneruskan perjalanan. Danu menolak dipimpin oleh orang yang berbeda agama dengan dia. Ia lalu membuat kubu tandingan dimana Kamil dan Udin juga sepaham dengan Danu. Kamil dan Udin lalu menunjuk Danu untuk menjadi pemimpin mereka. Mereka lalu berpisah dan mencari jalan masing-masing.

Amir dan Bahtiar tetap mengikuti Andreas, karena mereka yakin Andreas paham seluk beluk tempat itu dan akan membawa mereka keluar dengan selamat. Mereka tidak mempermasalahkan jika sepanjang jalan mereka akan dipimpin oleh orang yang beragama lain. Mereka lalu melanjutkan perjalanan, terus menyusuri hutan hingga malam hampir tiba. Saat senja, Amir dan Bahtiar memutuskan untuk beristirahat dan melaksanakan Sholat maghrib. Amir menjadi imam sedangkan Bahtiar menjadi makmum. Sementara itu Andreas mengumpulkan kayu dan membuat perapian. Mereka lalu beristirahat malam itu.

Pagi harinya, Bahtiar dan Amir kembali melanjutkan perjalanan dengan dipimpin oleh Andreas. Mereka tetap mengikuti arahan dari Andreas agar dapat keluar dari tempat itu dengan selamat. Menjelang siang, mereka akhirnya keluar dari hutan dan mencapai desa terdekat. Mereka merasa bersyukur karena telah berhasil keluar dari hutan penuh kegelapan. Bahtiar dan Amir berterima kasih karena Andreas telah mau memimpin dan menunjukkan jalan keluar untuk mereka berdua. Sementara Danu, Kamil, dan Udin tidak terdengar lagi kabarnya. Mereka masih terus tersesat didalam hutan, entah sampai kapan.

Sekian...

Kamis, 04 Desember 2014

ANANA TIMUR

Mungkin selama ini kita sulit mendapatkan tempat. Citra yang dibangun disekitar kita memang sulit untuk dilepaskan begitu saja. Sejak awal kehidupan kita memang keras. Sebagian besar dari kita hidup di lingkungan yang tidak mudah untuk dijalani. Sebagian dari kita lahir diantara jaring ikan di kampung nelayan, pelana kuda dan sabana yang luas, atau hembusan angin lembah pegunungan. Kita kecil berjalan dengan telanjang kaki, bermain bola dilapangan penuh kerikil, tanpa sepatu dan pulang dengan kaki terkelupas. Banyak diantara kita dibesarkan dengan kehidupan yang keras.

Lalu kita menyimak dari media massa. Bagaimana peperangan, kebodohan, kemiskinan, gizi buruk, dan ketertinggalan menghiasi kanvas guna lahan kita. Dan kemudian kita dipukul rata lalu banyak kekhawatiran yang menyertai itu semua. Apakah kita harus mengaminkan ini semua.

Kita generasi muda orang timur darimana pun kita berangkat, harus mulai menghembuskan mimpi baru bagi diri kita dan daerah tempat asal kita. Jangan biarkan negara ini terus terbebani dengan semua mimpi buruk dari tempat kita berada. Kita yang harus menghapusnya. Orang-orang hanya akan melihat dan mendengar apa yang disajikan oleh media, kita harus mengisi itu dengan kebaikan.

Jika orang melihat kekerasan dalam diri kita, Mari kita ubah itu menjadi kekuatan, ketangguhan, kemampuan bekerja keras, ketegasan, dan kegigihan. Tunjukkan kalau keberanian yang kita miliki itu adalah keberanian untuk menjawab tantangan masa depan. Bahwa kita pantang surut dan tidak akan menyerah untuk menggapai sesuatu yang lebih baik.

Jika orang melihat kebodohan dalam diri kita. Mari kita jadikan itu keinginan untuk mengetahui dan belajar memahami. Bahwa kita haus terhadap informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahwa kita dengan segala keterbatasan yang kita miliki, mempunyai keinginan untuk lebih terdidik dan lalu berpartisipasi memajukan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di Tanah Air ini.

Jika selama ini orang banyak melihat perseteruan, kemiskinan, dan ketertinggalan dari tempat kita, mari tunjukkan hal lain yang seharusnya mereka ketahui. Tunjukkan jika kita adalah sahabat yang setia dalam keadaan susah maupun senang. Tunjukkan bahwa kita adalah pekerja yang jujur dan tangguh menghadapi tantangan. Tunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang tekun dan tegas.

Kita punya MOP yang begitu menghibur, kita sejatinya orang-orang yang menyenangkan. Kita punya banyak lagu-lagu romantis dan kerinduan tentang kampung halaman, kita sejatinya orang-orang berhati lembut. Kita kompak kalau menghadapi masalah, kita sejatinya orang yang solid untuk diajak bekerjasama.

Malam ini saya bertukar sapa melalui akun twitter dengan banyak kawan-kawan dari berbagai daerah dipelosok Indonesia Timur. Beragam suku dan kebiasaan. Saya merasakan keintiman dan keakraban dari ini semua.

Yang saya pahami, kita selama ini bukan tertinggal, tetapi ditinggalkan. Kita punya kemampuan, namun lama terabaikan. Tetapi kita harus berdamai dengan itu semua. Kita hanya harus bekerja keras bersama-sama membangun semua sejak awal. Kita akan mengejar ketertinggalan dengan kaki kita sendiri, karena kita adalah pelari yang tangguh. Lalu setelah berhasil menyusul, kita akan bersama-sama mencapai cita-cita bangsa kita, yaitu Kemakmuran dan Kesejahteraan yang Adil dan Merata.

Untuk semua pemuda-pemudi dari Indonesia Timur, dari Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Maluku, dan Papua, saya begitu bahagia menjadi bagian dari kalian. Belum banyak hal yang bisa diberikan, tetapi identitas ini tidak akan pernah dilepaskan. Karena saya bangga menjadi Anak Timur.

Kita anak timur, akan menghiasi bumi pertiwi ini dengan cara dan karakter kita sendiri. Karena Indonesia itu beragam dan kita adalah salah satunya. Mari sambut masa depan dengan kebahagian dan keceriaan, berdamai dengan sekitar kita, lalu ambil bagian dan menjadi satu.

Salam Damai, Satu Rasa Satu Hati.




Selasa, 02 Desember 2014

BIARKAN SAJA KESEPIAN DATANG

Nikmatilah kesepian ketika sedang dalam pencarian, bukan setelah perjumpaan.

Ini jawaban saya suatu ketika, saat seorang sahabat menanyakan perihal kesepian kepada saya. Mencari pasangan hidup memang bukan sekedar saja bagi saya. Saya sendiri juga sebenarnya tidak betah terus sendirian dan berharap bisa menemukan seseorang yang bersedia menjadi tempat berbagi suka dan duka. Agar tidak kesepian, tentu saja. Tetapi kesepian bukanlah sesuatu yang begitu mengerikan.

Bagi saya, tidak mengapa jika kita merasa kesepian ketika sedang mencari sosok yang tepat untuk mendampingi hidup. Yang mengerikan justru adalah merasakan kesepian ketika telah menemukan pasangan yang kita pikir sesuai dengan harapan kita. Saya rela merasakan kesepian selama bertahun-tahun seperti sekarang, ketimbang merasa kesepian disaat sudah memiliki seorang pasangan dan dikaruniai tiga orang anak.

Mencari sosok yang sempurna tentu saja tidak mungkin. Semua manusia pasti ada kekurangan. Tetapi bagaimanapun juga, pasangan bukanlah hal yang sederhana. Dibenak saya, pasangan hidup adalah melebihi apapun juga dimuka bumi ini. Kawan, keluarga, karir, dan kedudukan bagi saya bisa datang dan pergi kapan saja. Tetapi ketika sekali saja dalam hidup berhasil menemukan pasangan yang tepat, maka pasanganlah yang akan menemani sepanjang usiamu. 

Saya selalu dibayangi ketakutan akan memilih sosok yang keliru. Sosok yang kamu cintai selama dua tahun pertama saat bersama. Tetapi lalu menghabiskan sisa usiamu bersamanya, terbangun saat pagi menjelang dengan dia berada disisimu, lalu terbersit satu pertanyaan dalam benak, "Kenapa saya harus setia dan merelakan hidup saya untuk dia?"

Orang tua akan pergi ketika usia tidak lagi berkenan. Anak-anak juga demikian, suatu saat mereka akan beranjak dewasa dan memiliki kehidupannya sendiri. Kasih sayang dan kebahagiaannya mungkin akan tetap tinggal didalam ingatan. Tetapi siapa yang akan kamu peluk ketika mereka pergi? Kekasihmu.

Saya pernah punya sahabat yang sangat membenci pasangannya. Satu-satunya alasan dia tetap bertahan adalah anak-anaknya. Ini menyedihkan menurut saya. Saya belum berkeluarga dan belum pernah memiliki anak, tetapi ketika sahabat saya harus bercerita tentang kesepiannya bukan kepada orang menjadi pasangannya, saya merasa iba. Ia merasa sendirian, padahal ia memiliki pasangan dan anak-anak dalam kehidupannya.

Jadilah saya disini, menikmati kesendirian. Saya juga tidak tahu masa depan akan seperti apa. Akankah saya bertemu kekasih yang benar-benar bisa menjadi tempat berbagi. Atau menikahi seseorang yang dikemudian hari akan mengingatkan saya pada tulisan ini. Tetapi saya melihat banyak pasangan yang saling menyayangi hingga masa yang begitu lama. Orang tua saya salah satuya. Mereka saling mendukung dalam segala hal. Hidup mereka sulit (apalagi memiliki anak sulung kepala batu seperti saya), tetapi mereka saling memiliki satu sama lain. Saya belajar mengenai cinta dari mereka. Berharap mewujudkan cinta seperti yang mereka miliki. 

Jadi bukanlah perkara besar jika sekarang saya sendiri. Kesepian memang terkadang menghampiri. Tetapi biarlah kesepian itu memuaskan dirinya saat ini. Hingga suatu saat nanti, ketika senyumanmu hadir menyapa saat ku terbangun dipagi yang cerah, lalu terbersit satu pernyataan dalam benak, "Saya akan terus setia dan merelakan hidup saya untuk dia."