Moment Mudik, selalu spesial buat saya. Bukan hanya karena saya bertahun-tahun tidak bersua dengan keluarga namun juga karena perjalanan yang harus ditempuh selalu penuh cerita seru. Dan ini dia cerita untuk perjalanan mudik saya kali ini.
Saya umumnya mudik dua tahun sekali, sengaja saya atur jadwalnya dua tahun sekali agar tidak sama dengan Bang Toyib yang mudiknya tiga tahun sekali (oke ini Jayus), dan selama Mudik ditahun-tahun sebelumnya, bertemu dengan kawan-kawan sekampung halaman di atas Kapal adalah moment yang sangat membahagiakan. Perjalanan panjang mengarungi lautan menjadi tidak terasa ketika cerita-cerita masa lalu mengalir deras dalam canda tawa dengan sahabat-sahabat semasa SMA yang juga menimba ilmu di Kota-kota lainnya. Tetapi itu dulu. Tahun ini berbeda. Moment itu sudah tidak lagi ada. Yang ada saya sendirian, kesepian, dan merasa Tua,... Faakkk,...
Perjalanan dari Tanah Jawa menuju Makassar memang biasanya sepi, sejak dulu hanya tersisa sedikit saja pelajar dari Sulawesi yang melanjutkan pendidikan ke Tanah Jawa, ini karena pada dasarnya Pendidikan di Sulawesi juga sudah cukup memadai utamanya Institusi Pendidikan di Kota Makassar. Karena itulah dalam perjalanan dari Tanah Jawa ke Makassar saya tidak begitu memperhatikan hal ini. Setelah 24 Jam mengarungi lautan, sampailah kami di Pelabuhan Makassar. Dulu, beberapa tahun yang lalu, ketika penumpang yang notabene adalah Mahasiswa dari Sulawesi Tenggara naik di Pelabuhan Makassar, maka saya akan bertemu dengan banyak,... banyak,... banyaakkk sekali wajah-wajah yang saya kenal. Kawan-kawan semasa SMA,.. Lalu kami akan semalaman duduk, berkelompok, memenuhi koridor-koridor luar Kapal bercerita banyak sekali atau memainkan permainan kartu.
Dan sebenarnya malam ini saya merasakan hal yang sama. Cewek-cewek berjilbab dengan barang bawaannya yang banyak, duduk diantara lelaki-lelaki ceking, mereka semua mahasiswa. Berkelompok-kelompok, tertawa dan bercerita entah tentang apa. Sama persis seperti kami dulu. Wajah-wajah mereka begitu muda, tidak ada yang saya kenali, beda dengan beberapa tahun yang lalu. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyapa, mengajak untuk duduk bersama mereka, dan saya kesepian.
Merasa Tua, merasakan Regenerasi itu terpampang dihadapan saya, dan merasa bahwa mungkin seharusnya ini bukan lagi tempat saya.
Mereka, yang muda, mengambil tempat kami dulu, melanjutkan cara kami dulu.
Dan saya hanya menyimpan kenangannya.
MINAL AIDHIN WAL FAIDZIN buat yang Mudik dan yang gak Mudik lagi,..