Selasa, 31 Maret 2015

Maret Mengingatkanku

Maret segera berlalu.
Bulan yang berkesan. 
Mengingatkanku kembali pada sesuatu yang sempat pergi.

Pertama kali menekuni dunia Stand Up Comedy, saya memang sudah berniat untuk menyuarakan aspirasi, gagasan, keresahan dan pandangan saya mengenai Indonesia Timur. Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di Kawasan Indonesia Timur, saya merasa ada banyak hal yang harus dibagikan, bukan sekedar ketertinggalannya, melainkan optimisme yang terus bersemai disana.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kesibukan di Ibukota sungguh menjauhkan saya dari apa yang saya cintai. Sebelumnya, setiap tahun ada saja wilayah Indonesia Timur yang saya jejaki, Atambua, Sumba, hingga Papua, dan saya sangat mencintai setiap petualangannya. Namun sekarang saya harus terus memenuhi tuntutan aktivitas di Ibukota yang sangat menyita energi. Dan jauh dilubuk hati, saya merasakan kerinduan yang terdalam.

Maret mengingatkanku.
Mengingatkanku kembali pada sesuatu yang sempat pergi.

Tanggal 18 dan 19 Maret 2015, adalah tanggal yang akan ku ukir dengan penuh kebanggaan dalam sejarah perjalanan hidup ini. Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan tampil dalam pagelaran teater Indonesia Kita, dalam lakon TABIB DARI TIMUR. Pertunjukan yang diprakarsai oleh Butet Kertaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk ini mengangkat isu seputar Indonesia Timur. Saya sangat berterima kasih untuk kesempatan besar ini.

Tabib Dari Timur


Semakin bertambah istimewa karena saya berbagi panggung dengan saudara-saudara saya dari Animal Pop Family besutan Jecko Siompo. Saya sudah berkenalan lama dengan mereka. Pace Jecko, Chun Lao Funky Papua adalah nama yang sudah tidak asing dalam jagad tari. Selain itu Phytos dan Pian yang sudah lebih lama saya kenal, jauh sebelum saya ke Ibukota. Sangat menyenangkan bisa sepanggung dengan mereka. 

Animal Pop Family


Ditambah lagi saya berkesempatan berduet menyanyikan lagu ciptaan Pace Jecko, dengan Audrey Papilaya. Menyanyi berduet dengan seorang Audrey Papilaya, di panggung sebesar itu dan ditonton oleh ratusan orang. Memimpikannya pun saya mana berani. Kemarin itu bahkan adalah pertama kalinya saya memberanikan diri menyanyi dihadapan banyak orang. Dan syukurnya, setelah mendengar suara saya, banyak yang menyarankan saya untuk fokus di dunia komedi saja, dan jangan pernah lagi mencoba bernyanyi.

Berduet nyanyi dengan Audrey Papilaya


Di panggung "Tabib Dari Timur" ini juga saya berkesempatan berbagi tawa dengan Pakde Marwoto, Trio GAM, dan Mas Insan Nur Akbar. Selalu menyenangkan ketika berkolaborasi dengan mereka. Dan tentu saja, antusias penonton yang luar biasa, melengkapi kebahagiaan saya, berkesempatan tampil disini.

Berduet dengan Mas Akbar


Tetpi yang terpenting dari itu semua, di panggung "Tabib Dari Timur" ini, saya menemukan kembali perasaan saya tentang Indonesia Timur. Dengan mengusung tema Indonesia Timur, saya diberikan ruang untuk menyampaikan kembali keresahan-keresahan saya mengenai Kawasan Indonesia Timur.  Kerinduan saya sedikit terobati. Saya merasa kembali dekat dengan semua alasan yang membawa saya keatas panggung. Saya merasa diingatkan dengan misi saya untuk menyuarakan aspirasi dari Kawasan Timur Indonesia.


Tabib Dari Timur

Maret mengingatkanku.
Mengingatkanku kembali pada alasan yang membawa saya hadir di atas panggung.
Karena saya mencintai Indonesia, dengan segala ketimurannya.