Selasa, 31 Mei 2016

AISYAH ITU SAKSI MATA

Saya begitu menyukai Film Aisyah,
Setelah beberapa kali berkesempatan bermain dalam film layar lebar, bermain dalam film Aisyah memberikan saya pengalaman rasa yang berbeda. Mengangkat isu yang begitu dekat dengan alasan saya menjajal panggung stand up comedy, film ini mengangkat banyak sekali hal yang menjadi concern saya dalam melihat Indonesia Timur. Memotretnya dengan cara yang sederhana, tidak gegabah, jujur, dan tetap apa adanya.

Tapi yang terutama adalah nilai-nilai toleransi yang disampaikan tanpa berusaha menggurui sedikitpun. Toleransi semacam ini di Indonesia Timur yang sudah berjalan sejak lama dengan begitu alami. Beberapa catatan kelam mengenai pertikaian antar agama sempat mencoreng kehidupan bermasyarakat di beberapa tempat di Indonesia Timur. Tetapi trauma ini justru semakin mengeratkan ikatan toleransi itu saat ini. Tahun ini Nusa Tenggara Timur bahkan didaulat sebagai provinsi dengan nilai toleransi antar umat beragama terbaik se-Indonesia.

Film ini adalah pesan penting bagi masyarakat Indonesia. Di kota-kota besar yang penuh dengan kecanggihan sistem informasi dan telekomunikasi, yang dimanjakan dengan pelbagai fasilitas, yang disesaki manusia-manusia sarjana dan ahli-ahli, justru sering kita jumpai tindakan-tindakan intoleran. Dilakukan oleh mereka yang terlihat menguasai ilmu agama dan bahkan dijalankan melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah sendiri. Mengapa dengan semua kepandaian dan kelengkapan informasi mereka itu, susah untuk mengerti arti toleransi.

Dan Aisyah dalam film ini, menjadi saksi mata dari semua anomali tersebut. Betapa kisah petualangan dia ke Dusun Derok di perbatasan Kefamenanu ini harusnya bisa membuka mata banyak orang mengenai apa itu toleransi. Di Indonesia Timur, tidak membutuhkan postingan religi di laman sosmed, siraman rohani lewat tayangan televisi atau apapun kecanggihan yang dimiliki oleh manusia modern saat ini untuk memahami apa itu toleransi antar umat beragama. Di Indonesia Timur kamu bisa menemukan toleransi yang sebenarnya, yang tulus dan tidak berpura-pura itu, bahkan di dusun paling terpencil sekalipun seperti halnya Dusun Derok.

Kalau masih belum percaya, tanya saja Aisyah.
Dia saksi mata, bagaimana indahnya toleransi antar umat beragama di Indonesia Timur.