Kapan terakhir kali, kita bahagia melihat orang lain tersenyum?
Ingat-ingat sekali lagi, kapan terakhir kali kita bahagia melihat orang lain tersenyum?
Siapa pun itu. Entah kekasih, orang tua, saudara, keluarga jauh, teman, seseorang yang kita jumpai dijalan, kapan terakhir melihat seseorang tersenyum?
Kemudian apakah kita turut bahagia melihat senyum mereka?
Yang terpenting, apakah kita pelaku yang mampu menghadirkan senyuman tersebut?
Yang saya maksudkan disini adalah senyum kebahagiaan yang kita lihat dari seseorang.
Bukan senyum terpaksa karena harus menjaga kelakuan agar dianggap baik
atau senyum untuk menyembunyikan rahasia licik seperti di sinetron. Tidak, bukan itu.
Melainkan senyum kebahagiaan yang tulus tanpa kepura-puraan.
Kita bisa merasakannya. Yaitu ketika kita juga merasa bahagia melihat senyuman itu hadir.
Saya pernah mengalami kesedihan. Pernah juga melihat kesedihan orang lain.
Dan sangat sulit untuk tersenyum ketika perasaan buruk menghampiri.
Pada saat seperti itu, sebuah senyuman bisa begitu berharga untuk mengobati perasaan duka.
Sederhana mungkin, tetapi menghadirkan satu senyuman saja bisa menurunkan tekanan pada batin yang sedang didera kesedihan.
Lalu bagaimana menghadirkan senyuman itu?
Saya percaya bahwa senyum yang tulus hanya bisa lahir dari kebaikan hati juga.
Ketika kita memberi penghiburan dengan keikhlasan dan kejujuran.
Dan begitu menyenangkan jika mampu melihat sedikit senyum terlintas dari seseorang yang sedang dihimpit kesulitan.
Kita mungkin tidak bisa membantu semua permasalahan orang lain, tetapi mungkin kita bisa berusaha menghadirkan senyum dalam kehidupan mereka.
Jika tersenyum saja adalah ibadah, maka terlebih lagi dengan upaya untuk menghadirkan senyuman bagi orang lain.
Saya selalu lebih bahagia, jika melihat orang tersenyum untuk saya.
Dan mungkin semua orang juga merasakan hal yang serupa.
Karena kita merasa bahagia melihat orang lain tersenyum, maka kenapa kita tidak berupaya menghadirkan senyum kebahagiaan bagi orang disekitar kita.
Kita merasa bahagia melihat senyum mereka hadir, maka kitalah yang sebenarnya sedang beruntung bisa melihat kebahagiaan itu.
Saya tidak tahu kesedihan apa yang akan menimpa kita.
Saya juga tidak tahu apakah bisa tetap tersenyum ketika kedukaan menghampiri.
Saya juga tidak tahu akankah bisa menjadi penghibur jika kemalangan itu tiba.
Namun yang berani saya janjikan, adalah jika menghadirkan senyuman itu bisa mengobati perasaan sedihmu, maka itulah yang akan saya usahakan sepenuh hati.
Percayalah, senyuman dari setiap orang itu adalah perkara yang berharga.
Senyuman yang berharga, semoga kita lebih sering berjumpa.
NB :
Mungkin tulisan ini bahkan tidak bisa menghadirkan senyuman
Karena tidak lucu, dan saya tahu itu. Maafkan ya.
Itulah kenapa senyuman itu berharga.
Karena untuk menghadirkannya, tidak semudah membalik telapak tangan.
Apalagi yang dibalik adalah telapak tangan Gorila Dewasa Liar.
Selasa, 20 Januari 2015
Kamis, 08 Januari 2015
- MENYEPILAH -
Dimana kita mengenali diri kita yang sebenarnya?
Didalam selubung kesendirian
Suara-suara bising mengalihkanmu
Membuatmu bahagia atau bersedih
Menutupi jejak panggilan jiwamu
Maka tersesatlah kita,
dari diri kita yang sesungguhnya
Terpenjara dalam hingar bingar semua orang
Menyepilah sejenak
Menjauhlah sesaat dari kerumunan
Telusuri lagi relung-relung jiwa
yang mungkin terlupakan
Semua pertarungan kita dengan waktu
tidak terjawab oleh uban yang memutih
melainkan mata yang menerawang
Biarkanlah dia mengembara hingga jauh
Ragamu menghadapi dunia
Biarkan ia yang lelah, tetapi bukan dia
Hingga keduanya sampai
pada suatu masa penantian
Berharaplah ia dan dia,
masih berjalan beriringan
Lalu sambutlah damai
Sambutlah damai
Langganan:
Postingan (Atom)