Bukankah kita hanya manusia yang menjalani takdir
Takdir yang menyapa melalui perjalanan waktu
Jika dia telah menghampirimu, apalah dayamu menghindari
Tetapi mengenai seorang kekasih bolehlah kita berandai-andai
Mungkin saja akan dihitung sebagai doa oleh sang Maha Pengasih
Karena kita manusia pasti mengharap bertemu kekasih yang sejati
Yang membawakan kebahagiaan hingga maut menghampiri
Mengenai sosok kekasih, saya rasa tidaklah sesederhana mencari sosok yang menerima kita apa adanya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Tapi bagi saya yang terutama adalah sosok yang memiliki pemikiran. Saya pribadi melihat perempuan sebagai pasangan hidup, itu sebagai pelengkap, bukan sekedar perhiasan.
Saya berharap bisa bertemu sosok perempuan yang bisa menikahi pikiran dan gagasan saya tentang dunia. Karena itu yang terpenting bagi saya. Menyatukan dua pemikiran ini luas dan butuh kesabaran. Bukan berarti menyamakan, tetapi lebih pada menyepakati hal-hal yang dirasakan prinsipil. Pemikiran tentang agama, keluarga, pendidikan, bangsa, ekonomi, pekerjaan, dan banyak hal lainnya. Kita harus bisa menyelami isi kepala masing-masing.
Saya berharap bertemu kekasih yang kuat jiwanya. Yang menanyakan, apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu hari ini bahagia? Apa kamu merasa masih menjadi orang baik? Apa yang kamu kuatirkan? Apa yang bisa kulakukan?
Pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan kalau dia ada untuk kita dan peduli dengan kita.
Pasti membosankan mendapatkan pertanyaan, sudah makan belum? Kamu dimana? Sama siapa? Kamu sedang apa? Pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya lebih menunjukkan kelemahan daripada perhatian.
Sudah makan belum? (nanti kalau kamu mati saya sama siapa)
Kamu dimana? (bukan ditempat selingkuhan atau tempat prostitusi kan?)
Sama siapa? (bukan sama perempuan yang kamu rasa lebih baik dari aku kan?)
Sedang apa? (Gak lagi sedang bercinta dengan wanita lain kan?)
Sampai sekarang beberapa kali menemukan sosok seperti itu. Jadi sosok perempuan seperti ini bukan yang ada dalam dongeng atau fiksi semata. Dan mungkin ada yang berpikir, saya sehebat apa sampai mematok standart untuk pasangan hidup. Terserah, saya berharap hanya akan menikah sekali seumur hidup saya, makanya saya harus mencari yang bisa menerima cara berpikir saya. Karena selama ini saya merasa, saya bisa memaklumi banyak hal, kecuali apa yang hadir dari dalam pikiran seseorang.
Bagi saya, pasangan hidup itu untuk saya sendiri. Suatu saat, ketika orang tua pergi, ketika anak-anak sudah memiliki kehidupannya sendiri, maka kekasihlah yang akan ada disamping kita menemani hari-hari tua. Maka sudah selayaknya mencari sosok yang bisa menyenangkan ketika diajak berbicara hingga berpuluh-puluh tahun berikutnya.
Jadi kapan mau menentukan pasangan dan menikah?
Kalau Tuhan sudah menjawab doa saya, dan memerintahkan waktu untuk mempertemukan kami.
Neh saya kasih gambar seorang cowok di tepi pantai Biar romantisnya maksimal, whuhuhuuyyy,.. |
Emang ada ya bang,kekasih yg nanya kayak gitu...apa yg kamu khawatirkan?apakah kamu bahagia?apa yg kamu pikirkan? Kalo ada saya juga mau bang....
BalasHapusMantaf... emang sudah selayaknya kita mencari orang yg menyenangkan untuk kita..
BalasHapussuka banget sama kata-kata yg ini: "Jadi kapan mau menentukan pasangan dan menikah?
BalasHapusKalau Tuhan sudah menjawab doa saya, dan memerintahkan waktu untuk mempertemukan kami." :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus