Senin, 02 Januari 2012

BUKAN SEKEDAR MELUCU (Part 1)

Saya mungkin tidak memiliki bakat entertainer atau mungkin tidak mencoba menggalinya. Namun ketika pertama kali melihat rekaman video Stand Up Comedy, dimana Raditya Dhika mengkritisi menjamurnya BoyBand di Indonesia, dengan gaya kocak dan tidak menggurui, saya jadi tahu apa yang harus saya lakukan. Begitulah seharusnya kita menyampaikan kritik di jaman seperti ini. Mungkin masyarakat sudah jenuh dengan banyaknya wacana idealis dan kritis yang disampaikan dengan wajah serius, tapi ujung-ujungnya menguap dan menghilang bersama waktu. Berbeda dengan cara penyampaian yang dilakukan melalui konsep Stand Up Comedy, apa yang disebut tagline, bisa membekas dalam kurun waktu lama dalam benak seseorang. Contohnya saja ungkapan "cemungudh Eaa Kakaaa" yang dilontarkan oleh Raditya Dhika untuk mengkritisi betapa gaya berbahasa anak-anak jaman sekarang begitu beragam dimana salah satunya adalah gaya bahasa gaul anak-anak Alay.
Jadi, saya pun berikhtiar untuk melakukan hal serupa, melakukan Stand Up Comedy. Menurut saya ada dua hal yang menjadikan media Stand Up Comedy ini patut untuk dimasyarakatkan Pertama, Stand Up Comedy merupakan bentuk komedi cerdas yang saat ini masih cukup langka.., dan Kedua, Stand Up Comedy tidak hanya mengenai celotehan-celotehan lucu atau anekdot semata, melainkan jauh didalamnya ada pesan moral dalam mengkritisi kondisi real yang berkembang di masyarakat.
Saya juga bosan menertawai orang yang mulutnya disumpal gabus...!!!

Saya lantas membaca tulisan Pandji Pragiwaksono yang diantaranya membahas mengenai cara melakukan Stand Up Comedy, ternyata memang sesuai judul tulisan tersebut, melakukan Stand Up Comedy itu memang "Susah Tapi Pasti Bisa"... bagian terakhir itulah yang saya genggam erat-erat didalam sanubari saya,.. Pasti Bisa,... Saya pun melakukan observasi dengan menyimak tayangan-tayangan rekaman video Stand Up Comedy, baik dalam maupun luar negeri. Mencoba mentertawakan lelucon Russel Peter sembari membolak-balik kamus Inggris-Indonesia, dan tertawa sembari manggut-manggut melihat lelucon Pandji mengenai legalisasi Ganja di Indonesia. Saya juga menemukan komunitas Stand Up Comedy di Kota Malang setelah melakukan browsing di dunia maya, berkenalan dengan salah satu anggotanya dan mencoba membangun komunikasi dengan mereka. Komunitas Stand Up Comedy Malang rupanya telah menghelat Open Mic pertamanya pada akhir oktober lalu, dan saya pun melewatkan moment tersebut. Tapi biarlah, saya juga belum menemukan materi untuk melakukan Stand Up Comedy ini, maka saya pun bersemangat menunggu moment berikutnya. Saya lantas berkonsultasi dengan Reggy Hasibuan, salah satu perintis Stand Up Comedy di Indonesia. Ia kebetulan cukup perhatian dalam membangun komunitas Stand Up Comedy di Kota Malang. Melalui Reggy, saya memperoleh beberapa informasi mengenai teknik menyusun skenario dan membangun potensi kelucuan saat melakukan Stand Up Comedy. Jadi, ternyata melakukan Stand Up Comedy itu ada tekniknya, itu juga saya baru tahu. Dengan dorongan moril dari Mas Tyok Adityo Setyo, saya pun memantapkan diri untuk menyusun sebuah skenario materi Stand Up saya yang pertama.

Akhirnya, pada pertengahan Desember lalu, 2nd Open Mic Stand Up Comedy Malang pun dihelat. Saya memberanikan diri untuk turut serta menyampaikan materi sebagai pengisi acara. Menjadi Comic (Comedian with Mic) itulah istilah untuk orang melakukan Stand Up Comedy. Setelah melakukan teknikal meeting, dan bertemu dengan comic-comic lainnya, saya juga menyempatkan diri untuk melakukan survey lokasi ke tempat event 2nd Open Mic ini diadakan, biar nantinya gak demam panggung. Benar saja, setelah survey sambil cangkrukan di Ria Djenaka Cafe yang akan menjadi venue event ini saya pun mendapat inspirasi tambahan dari poster yang dipajang disalah satu sudut ruangannya. Hebatnya lagi, poster itu juga tetap berada di Background Stage yang akan digunakan untuk perform Stand Up Comedy,.... Perfecto...!!! (Survey Lokasi memang sudah menjadi kebiasaan kami dengan latar belakang studi Tata Ruang, untuk lebih menguasai kondisi lapangan saat melakukan presentasi penataan ruang suatu daerah,.. jadi nyambung kan,...hohoho,..)

Tanggal 18 Desember 2011, 2nd Open Mic Stand Up Comedy Malang digelar, dan saya tampil sebagai Comic ketiga. Materi hanya sepintas saja ada dalam benak. Instruksi Reggy Hasibuan untuk menuliskan script secara detail tidak saya jalankan dengan baik. Fokus saya malam ini adalah, penonton harus tertawa, itu dulu, cukup itu saja dulu. Dan giliran saya tampil pun tiba. Comic pertama dan kedua telah cukup sukses membawakan materinya, dan sekarang saya, giliran saya, MC Neela Ida Milan telah mengumumkan nama saya,.. Inilah saatnya... Setalah satu tarikan napas panjang saya pun bergegas menuju panggung pertunjukkan. Dalam beberapa detik kemudian, saya menemukan diri saya berdiri sendiri saja diatas panggung hanya ditemani sebuah gagang microphone, dan semua mata tertuju kepada saya. Saya membatin lagi, ini harus sesuai bayangan saya, saya akan lucu dan kalian akan tertawa, begitulah kira-kira makna yang tersirat ketika saya membalas tatapan mata para penonton. Saya pun meluncurkan kata sambutan, merangkul poster muram wajah Jimi Hendrix yang ada dilatar panggung sebagai materi saya, dan tawa itu pun pecah..., syukurlah....

Tawa para penonton yang berderai itu ibarat oase ditengah gurun. Untuk bentuk pementasan seperti Stand Up Comedy ini, penilaiannya sangat Subyektif dan Spontan. Jadi anda tidak dapat memaksakan seseorang untuk mengapresiasi anda atau memohon untuk mereka tertawa ketika menyampaikan lelucon anda. Sehingga ketika pertama kali mendengarkan tawa penonton berderai saat saya menyampaikan materi, itu seperti mendengar orasi Bung Tomo yang memompa semangat Arek-arek Suroboyo ketika perang mempertahankan kemerdekaan,... dan semangat saya diatas panggung Stand Up Comedy pun terbakar. Tawa penonton itulah yang membuat saya berani untuk terus mengeksplorasi materi pertama saya diatas panggung Stand Up Comedy selama kurang lebih 8 menit. Sungguh delapan menit yang berharga. Delapan menit itulah yang membuktikan bahwa saya bisa melakukannya dan saya sudah memulainya. Setelah pertunjukan pertama itu saya tidak bisa berhenti memikirkannya. Seperti tidak sabar untuk menanti kesempatan berikutnya.

Saya kecanduan melakukan Stand Up Comedy.

***

Pertama kali melakukan Stand Up Comedy, 
Event 2nd Open-Mic StandUp Comedy Malang,
18 Desember 2011 @Ria Djenaka Cafe, Malang



2 komentar:

  1. ceritanya mantap bung.. salut pada keberhasilan teman.."SUSAH TAPI PASTI BISA", kata tsb jd tambahan refrensi..trima kasih..
    yg buat lucu tuh sbnarnya bnyak skali kawan dari dirimu,, utamanya tu rambut.. baru lihat saja sdah lucu..apalagi ditambah yg lain2,, mungkin sya pun pasti tertawa klo ada saat penampilanmu..
    pertahankan gaya rambutnya,, tingkatkan kualitasnya,, semoga tambah sukses..

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus