Ceritanya begini...
Ditengah perjalanan, mereka lalu mengetahui bahwa si pencari kayu ini bernama Andreas dan dia sebenarnya adalah salah satu pemuda didaerah itu. Andreas ini ternyata adalah penjaga gereja yang berada tidak jauh dari gunung tersebut. Mengetahui bahwa yang memimpin jalan mereka adalah seorang yang beragama Kristen, Danu menolak meneruskan perjalanan. Danu menolak dipimpin oleh orang yang berbeda agama dengan dia. Ia lalu membuat kubu tandingan dimana Kamil dan Udin juga sepaham dengan Danu. Kamil dan Udin lalu menunjuk Danu untuk menjadi pemimpin mereka. Mereka lalu berpisah dan mencari jalan masing-masing.
Amir dan Bahtiar tetap mengikuti Andreas, karena mereka yakin Andreas paham seluk beluk tempat itu dan akan membawa mereka keluar dengan selamat. Mereka tidak mempermasalahkan jika sepanjang jalan mereka akan dipimpin oleh orang yang beragama lain. Mereka lalu melanjutkan perjalanan, terus menyusuri hutan hingga malam hampir tiba. Saat senja, Amir dan Bahtiar memutuskan untuk beristirahat dan melaksanakan Sholat maghrib. Amir menjadi imam sedangkan Bahtiar menjadi makmum. Sementara itu Andreas mengumpulkan kayu dan membuat perapian. Mereka lalu beristirahat malam itu.
Pagi harinya, Bahtiar dan Amir kembali melanjutkan perjalanan dengan dipimpin oleh Andreas. Mereka tetap mengikuti arahan dari Andreas agar dapat keluar dari tempat itu dengan selamat. Menjelang siang, mereka akhirnya keluar dari hutan dan mencapai desa terdekat. Mereka merasa bersyukur karena telah berhasil keluar dari hutan penuh kegelapan. Bahtiar dan Amir berterima kasih karena Andreas telah mau memimpin dan menunjukkan jalan keluar untuk mereka berdua. Sementara Danu, Kamil, dan Udin tidak terdengar lagi kabarnya. Mereka masih terus tersesat didalam hutan, entah sampai kapan.
Sekian...
Super sekali bang ;)
BalasHapusNah nah! Terus sampe sekarang Danu, Kamil, Udin belum balik juga bang? Orang Islam yang sombong tuh, kita semua saudara kan yaa? Tapi mana lucunya??
BalasHapusDitunggu cerita selanjutnya... ����
BalasHapusSiiip
BalasHapusSiiip
BalasHapushahaha endonesia banget mas
BalasHapusSuper sekali :)
BalasHapusDah mampir bang.. Mampir balik ya :v
BalasHapuswww.dinandstm.blogspot.com
:v
Ngomong2 komik suci bikin blog semua ya :v
Aaaiihhhh,,,kecewa ,,gkda lucu2nya,,
BalasHapuspesannya dapet, siip bro
BalasHapusKisah satir. :D
BalasHapussimple tapi pesannya langsung masuk :))
BalasHapusmampir balik bang ke zalthura.blogspot.com :)
Beuh...
BalasHapusKereeeen!
BalasHapusdikiranya standup comedian harus terus nulis artikel lucu apa ya...
BalasHapusane pribadi setuju sih ama cerita ini, tapi bang, bukannya agama kita sangat tidak menganjurkan apabila kita dipimpin oleh yang beragama lain?
ane juga kadang jadinya bingung, memang, faktanya, orang yang memimpin jkt sekarang, sangat tegas orangnya, bahkan lebih tegas dibanding (yang mengaku) wakil rakyat dan kebanyakan pemimpin lain yang beragama islam di ktpnya, tapi ya...bagaimana ya?
Ya pahami saja. kamu dipimpin untuk apa? Untuk menjalankan ritual agama atau apa? Kalu untuk menjalankan ritual agama ya jangan pilih yang lain agama buat memimpin. Kalau buat jadi kepala sekolah, ketua kelas, ketua osis, bupati, gubernur, bahkan presiden, ya gak masalah, selama kapasitasnya tidak diragukan.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusal quran itu di kaji mas.. bukan di copas ke kehidupan sekarang.. jaman dulu itu pemimpin wilayah adalah sekaligus pemimpin agama.. jadi jangan sampai pemimpin dari kalangan luar yang nantinya agama dan wilayah diobrak-abrik karena berbeda tujuang.. sekarang ini pemimpin agama (kita katakan MUI, tetap kok muslim) pemimpin daerah baru ahok..
Hapuskalo jaman dulu, misalnya pemimpin wilayah tersebut bilang "hei, sekarang ini tidak boleh ada ritual shalat" maka rakyat harus tunduk sama pemimpin yang non muslim itu dan tidak menjalankan shalat.. namun sekarang ini beda.. andai kata ahok buat pernyataan seperti itu, ahok tidak punya kuasa hukum untuk menjalankan pernyataannya.. karena dalam pergub tidak ada aturan seperti itu..
jadi setelah di kaji, pemimpin jaman dulu merangkap sebagai pemimpin agama dan wilayah.. (seperti saat ini di vatican oleh paus) coba bayangkan angkat paus dari orang islam.. pasti berbeda kepentingan juga.. jadi al quran tidak salah, namun harus diterapkan pada kondisi yang sama..
seandainya gubernur jakarta adalah pemimpin MUI, maka jangan sampai ahok jadi gubernur.. karena nanti pemimpin MUI itu non muslim.. tapi selama pemimpin agama di MUI masih muslim, maka gubernur jakarta (pengurus wilayah) boleh saja di isi oleh non muslim..
seharusnya hal ini sudah diketahui banyak orang.. karena MUI sendiri pas 2012 waktu jokowi-ahok nyalon, sudah kasih keterangan seperti ini dan tidak ada bentrok dengan ajaran islam sama sekali..
maka sekali lagi dalam al kafirun dikatakan "agamamu untukmu, agamaku untukku".. biarkan ahok tetap kristen namun menegakan UUD dan pergub.. kita tunduk pada negara, bukan kepada ahok.. kalijodo digusur karena melanggar aturan negara, bukan karena ahok gak suka terus main gusur..
mantap setuju "kamu dipimpin untuk apa? Untuk menjalankan ritual agama atau apa? Kalu untuk menjalankan ritual agama ya jangan pilih yang lain agama buat memimpin"
BalasHapusMantap bung ariee
BalasHapusmantap....
BalasHapusSingkat tapi deep. Dipimpin oleh orang yang berlainan agama itu tidak membuatmu kehilangan imanmu. Karena politik dan agama adalah dua hal yang berlainan. Agama adalah urusan pribadimu dengan Tuhanmu.
BalasHapusMantap. Lihat tujuan memimpinnya ����Sukses terus bg Arieeee..
BalasHapus