Minggu, 14 Desember 2014

INGIN JADI ASTRONOT

Suatu hari ketika sedang survey di sebuah daerah terpencil di sekitar Magetan, kami bertemu dengan segerombolan anak SD yang baru pulang sekolah. Kami lalu menyempatkan mengambil foto mereka. Tidak sengaja saya mendengarkan teman saya bertanya pada seorang anak SD tersebut, "Cita-citanya mau jadi apa dek?". Yang lalu dijawab dengan polos oleh anak itu, "Saya nanti mau jadi Astronot".

Teman saya yang sepertinya kebanyakan menonton tayangan Mario Teguh, begitu bahagia melihat ada anak kecil dari daerah yang cukup terpencil, tetapi mempunyai keinginan besar untuk menjadi astronot. Dia sepertinya tidak menyangka akan menemukan jawaban itu dari anak SD yang pakaiannya saja kumal karena itu mungkin seragam satu-satunya.

Saya, yang entah kenapa lebih sering pesimis menemukan hal seperti ini, dengan senang hati medebat cara pandang kawan saya, terhadap cita-cita anak tersebut. Menurut saya, anak tersebut hanyalah anak polos yang harus diajari tentang bagaimana bercita-cita. Bahwa dia harus mencari cita-cita baru, yang kemungkinan besar bisa dicapai. Jadi guru, polisi, dokter, atau apapun asal jangan Astronot. Okelah, namanya juga sekedar cita-cita, gak ada salahnya seorang anak kecil bercita-cita besar. Oh ya? Lalu bagaimana jika cita-cita tersebut tidak tercapai? Karena, menurut saya dengan membiarkan seorang anak kecil menjalani hidup dengan bercita-cita menjadi Astronot itu adalah suatu hal yang sesat. Karena apa? Karena tidak mungkin tercapai. 

Mungkin membiarkan seorang anak bercita-cita menjadi astronot, itu sama saja dengan membiarkan seorang anak kecil bercita-cita menjadi Nabi. Seseorang harus menjelaskan kepada anak itu, bahwa Nabi terakhir sudah turun ke muka bumi. Dan tidak ada lagi Nabi setelah itu. Agar anak itu mencari cita-cita lain yang mungkin bisa dia raih. Bercita-cita menjadi Nabi, itu tidak mungkin. Menjadi Astronot, sama juga, tidak mungkin.

Saya sejak kecil bercita-cita jadi Insinyur. Karena menurut saya profesi Insinyur itu enak didengar. Astronot juga memang enak didengar, tapi tidak mungkin tercapai. Kalau jadi insinyur, masih mungkin dicapai. makanya saya masuk jurusan teknik. Tapi kemudian istilahnya diganti jadi Sarjana Teknik. Saya sempat kecewa, makanya kuliahnya jadi lama (oke ini cuma alasan yang dibuat-buat, tidak usah dianggap serius). 

Balik lagi, saya selama sekian waktu tetap bersikukuh bahwa seorang anak kecil di Indonesia, jangan dibiarkan memiliki cita-cita jadi Astronot. Karena menurut saya, sekeras apapun seorang anak belajar, secerdas apapun dia, ya tetap saja sulit kalau dia tinggal di Indonesia. Bahkan meskipun dia masuk kategori Genius. Dia tidak akan jadi astronot.

Sampai suatu saat saya baca artikel tentang Astronot pertama di Indonesia. Setelah sebelumnya tercatat nama Pratiwi Soedarmono, yang berencana menjelajah ke luar angkasa, tapi tidak kesampaian. Indonesia kabarnya akan memiliki calon Astronot lagi yang lolos seleksi melalu salah satu kompetisi yang diadakan oleh produk parfume khusus pria. Saya tentu berharap ini menjadi kenyataan. Agar anak Indonesia bisa berhak memiliki mimpi baru untuk menjadi seorang Astronot. 


Ini dia sepenggal beritanya, cukup menarik bagi saya. Semoga Indonesia segera memiliki astronot. Agar cita-cita ingin jadi astronot bukan lagi sekedar cita-cita.

Ya tetapi mungkin kita harus memberi pemahaman kepada anak-anak kita, utamanya yang bercita-cita menjadi astronot. Bahwa untuk menjadi astronot tidak cukup hanya dengan belajar giat dan memiliki wawasan yang luas. Tidak hanya harus memiliki stamina yang prima dan emosi yang stabil. Tetapi untuk menjadi astronont, juga harus maskulin dan memiliki daya pikat bagi perempuan. Entah apa hubungannya. Mungkin di luar angkasa bisa saja astronot bertemu dengan Cewek Alien. Sehingga alangkah baiknya, jika pada pertemuan pertama, cewek-cewek alien itu mempunyai pengalaman yang berkesan dengan pria-pria dari Bumi, utamanya dari Indonesia. Kita tidak ingin nama baik pria-pria bumi tercoreng di mata Cewek-cewek Alien, hanya karena astronot yang kita kirimkan kurang maskulin dan tidak memiliki daya pikat bagi perempuan.

Semoga cita-cita menjadi Astronot segera jadi kenyataan.

BIARKAN IMAJINASI MEMBAWAMU BERPETUALANG
HINGGA KEBAIKAN PEKERTI MEMANGGILMU UNTUK KEMBALI
PADA JATIDIRI



NB :
Berdasarkan UU No. 11/Tahun 2014 tentang Keinsinyuran, Dikti kembali memunculkan gelar Insinyur, yang bisa dimiliki setelah seorang sarjana teknik mengikuti sekolah kompetensi. Ya akhirnya cita-cita saya untuk jadi Insinyur bisa kembali terwujud. Syaratnya, harus Lulus Kuliah dulu. Ehmm, ternyata lulus lama ada hikmahnya juga.




6 komentar:

  1. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bang.. Lagipula dunia ini luas ya bang. Jadi inget film gravity sama pengin nonton Interstellar......

    BalasHapus
  2. Keren bang Arie Kriting..
    Inspirasi buat standup commedy tuh..

    Mampir disini bang..
    http://catatanchepot.blogspot.com

    BalasHapus
  3. Suka banget sama "BIARKAN IMAJINASI MEMBAWAMU BERPETUALANG
    HINGGA KEBAIKAN PEKERTI MEMANGGILMU UNTUK KEMBALI
    PADA JATIDIRI" bang follback twitter dong @imyonrosadi

    BalasHapus
  4. Berbahagialah! Kamu baru saja mendapatkan penghargaan untuk blogger "The Liebsters Award" Ayo cek! -> http://simambahitam.blogspot.com/2014/12/asyik-dapet-liebster-award.html

    BalasHapus
  5. Sudut Pandang.. bila kau melihat apa yg dia pakai kau tak akan percaYa dia bisa menjadi astronot. karena memang kesimpulan sering diambil berdasar Observasi. mereka jarang mengambil kesimpulan dari tes kemampuan Knowledge. siapa tau dia astronot terakhir.. hehehehehe

    BalasHapus
  6. Memang kerap kali orang tua membiarkan anaknya berkeinginan/bercita-cita dengan maksud tidak membatasi keinginannya, namun, IMO, sebaiknya diberi pengarahan dan pengertian tentang apa yg mereka citakan. Peran orang tua sangat penting di sini. :)

    Glad to be your blog-reader, kak Arie! :)

    BalasHapus