Dalam peringatan Ulang Tahun Kota Jakarta, saya berkesempatan hadir diacara Sebelas Duabelas yang dipandu oleh Pandji Pragiwaksono dan kami membahas sedikit mengenai proses desentralisasi ini. Bagi saya sistem desentralisasi itu harus menjadi antitesis sistem sentralisasi. Maka yang harus kita lakukan adalah menyentuh sumber penyakit langsung, Ibukota.
Ibukota harus dipindahkan dulu, baru proses desentralisasi bisa berjalan.
Selama ini kita sulit keluar dari sistem sentralisasi ini, karena semua sumber daya kita terpusat di Jakarta. Baik itu sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya. Orang-orang terbaik kita banyak yang mengadu nasib ke Jakarta, meninggalkan daerah dengan segala permasalahannya. Lalu, kenapa tidak paksa saja orang-orang ini untuk bertahan di daerah. Kalau mereka punya itikad baik, mereka pasti akan bertahan dan membangun daerahnya masing-masing. Bagi saya ini tidak sesederhana itu, karena segala fasilitas yang mendukung juga adanya di Jakarta, menumpuk disini bersama semua kendaraan-kendaraan yang tiap hari kerja bermacet-macet ria disetiap sisi jalan Jakarta. Orang-orang yang punya kualitas ini, mau tidak mau harus berpacu di Ibukota untuk memaksimalkan potensinya.
Lantas apakah memindahkan Ibukota akan serta merta memuluskan proses Desentralisasi?
Semuanya butuh proses tentu saja. Tetapi pemindahan Ibukota ini akan menjadi langkah awal yang baik bagi proses desentralisasi. Menurut saya, dengan pemindahan Ibukota, tarikan pembangunannya juga akan berpindah. Fungsi yang diemban oleh Ibukota pasti akan menyeret fungsi-fungsi pendukungnya. Misalkan Ibukota kita pindahkan ke Jayapura, maka tarikan pembangunan akan datang dari Kawasan Timur Indonesia, arus barang dan jasa dari dan ke kawasan Indonesia Timur akan meningkat signifikan, kemudian kawasan Indonesia bagian tengah yang dilalui tentu saja akan kebagian imbasnya. Perlahan pembangunan akan merata dengan sendirinya. Masalah kesiapan, itu tentu saja bisa menyesuaikan. Yang penting keinginan dulu. Tol Laut yang dicanangkan Presiden Jokowi bisa menjadi urat nadi yang mengrahkan kita pada proses ini. Ya dengan catatan Tol Laut ini tidak sekedar menjadi wacana selama Pilpres. (Pak Jokowi, tolong diwujudkan itu Tol Laut, saya dulu pilih bapak karena ide ini loh)
Memindahkan Ibukota mungkin terdengar ekstrim. Tetapi menurut saya kita memang membutuhkan terobosan yang ekstrim untuk keluar dari kondisi stagnant seperti saat ini. Kita kasih pindah itu Ibukota ke Timur, lalu kita wujudkan Indonesia yang makmur, adil dan MERATA..!!! Asik ee,..
Menurut saya, logikanya kurang lebih seperti ini,
Untuk memindahkan sekawanan Lebah, pindahkan saja Ratu Lebahnya. Semua lebah pekerja akan mengikuti dan membangun sarang baru dan penuh madu.
Untuk memindahkan sumber daya manusia, pindahkan saja Ibukota Negaranya. Semua tenaga kerja terbaik dan fasilitas yang mendukung proses tersebut akan mengikuti lalu membangun pusat pertumbuhan baru dan menyebarkan kemajuan bagi kawasan disekitarnya.
Maka bagi saya, pemindahan Ibukota itu adalah wacana yang masuk akal untuk menjembatani pemerataan pembangunan. Seperti yang saya ungkapkan diatas Ibukota itu adalah sumber utama penyakit sentralisasi yang menggerogoti pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dinegara ini. Untuk menyembuhkannya, harus disentuh langsung disumberpenyakitnya yaitu Ibukota.
Nah, itu saja dulu omong kosong yang bisa saya bagikan sekarang. Semoga bisa menambah tumpukan hal tidak penting didalam benak kita semua.
Semoga jadi Ibukota Negara dimasa depan, Amien... |