Jumat, 25 Februari 2011

1985-1990 (Part I)

Setelah berjuang untuk terlahir diantara sekian Juta Sel Sperma, maka kita wajib mensyukuri nikmat kehidupan ini. Karena terlahir berarti kita dipercaya untuk bisa memberi warna dan makna dimuka Bumi ini. Terima kasih ya Allah Yang Maha Pencipta, menjadikan aku salah satu Khalifah-Mu di muka Bumi ini, tuntun aku untuk dapat menjalani hidup hanya di jalan yang Engkau ridhoi,...
_________________________________________________________________

THEN,... I WAS BORN


Aku terlahir pada hari Sabtu, 13 April 1985, kata orang2 saat itu telah mulai senja.

Menurut cerita, Ayahku sedang dalam perjalanan untuk menyewa angkutan umum karena pada saat itu Ibu ku telah merasakan hasrat ku untuk merajut kisah di Dunia.

Namun, ternyata aku tidak mampu lagi menunggu terlalu lama, sehingga terlahirlah aku dalam keadaan sehat wal afiat (Alhamdulillah, terima kasih ya Rabb), di Rumahku yang sederhana, pada suatu senja di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ketika itu juga, Kakak Sepupuku Muhammad Taufik, berlari menyusul ayahku untuk memberikan kabar kelahiranku ini. Alkisah, demi mendengar kabar ini, Ayahku melompat kegirangan hingga setinggi Pohon Mangga (setelah bisa mengingat sesuatu, aku ditunjukkan pohon Mangga itu, yang ternyata tingginya sekitar 7 meter, entah pada saat itu sudah setinggi itu atau belum).

Betapa tidak, setelah mengarungi pernikahan selama lima tahun, barulah Ayahku mendapatkanku sebagai anak sulungnya.

Adapun namaku sendiri, ku dapatkan dari seorang Haji yang di minta oleh Ayahku untuk memberikan nama, namun nama Arie merupakan pemberian ibuku, yang menginginkannya sebagai nama panggilanku, hingga saat ini. Dan setelah ditambahi nama-nama silsilah nenek moyang, tersebutlah "Satriaddin Maharinga Djongki Maka Tiga" sebagai nama yang diberikan kepadaku. Satriaddin yang bermakna "Sang Pejuang Agama", sungguh suatu amanah yang cukup berat untuk ku emban, terima kasih atas nama ini.

Masih menurut cerita orang tua ku, saat usia dua bulan aku dibawa menyebrang pulau, dari Kendari menuju Buton, lalu menyebrang lagi Ke Tomia (Salah satu pulau yang indah dalam gugusan kepulauan Wakatobi), yang merupakan kampung halaman orang tua ku. Saat itu perjalanan masih menggunakan Kapal Kayu bermuatan maksimal 30 orang, dengan perjalanan selama dua hari dua malam.

Seiring berjalannya waktu, aku terus tumbuh, ditengah-tengah kasih sayang orang-2 disekitarku. Dua tahun berselang adikku terlahir. Namun, tidak ada yang jelas ku ingat dari kejadian ini, secara, waktu itu aku masih berusia dua tahun lebih.

Aku telah mulai membaca ketika berusia empat tahun lebih, seingatku, saat itu yang ku baca adalah skripsi pamanku Mesran Usurani, yang berjudul "Po Asa-asa Po Hamba-hamba", ini adalah tulisan pertama yang masih ku ingat hingga saat ini. Bahkan pamanku sendiri juga terkejut karena sebelumnya aku hanya diberi bacaan kanak-kanak serupa majalah Bobo dan Donal Bebek.

Usia lima tahun, aku kemudian dimasukkan ke sekolah Taman Kanak-kanak Lepo-lepo Kendari. Seingatku, aku selalu didandani rapi dengan rambut membelah kesamping, dan disisir dengan minyak tancho hijau yang tebal. Lantas, pada muka ku disapukan Bedak tebal merek Rita yang mewangi bak melati, sungguh matching dengan seragam putih hijau yang ku kenakan. Aku pun tergolong salah satu siswa yang berprestasi dan sering di ikutan lomba oleh TK ku saat itu. Kepala Sekolah ku, adalah Ibu Murnia (terakhir menjenguknya waktu masih SMA), merupakan sosok yang sangat keibuan.

Beberapa kali aku masuk RRI Kendari, untuk membacakan Puisi, Surah Al Fatihah dan Terjemahannya, serta beberapa lomba melukis tingkat propinsi. Masih ku ingat dengan jelas bahwa lukisan ku saat itu selalu berupa pasangan Gajah dan Jerapah ditengah-tengah padang rumput, dan ada sebuah pohon besar disekitarnya (kata ayahku itu adalah pohon asam), lalu awan dan matahari untuk menambah suasana alam, ada pun langitnya berwarna putih polos yang tidak lain latar kertas itu sendiri. Dalam suatu kesempatan aku mampu meraih juara harapan satu, dalam kelompok anak-anak, sungguh membanggakan, bahkan piagam nya masih ada di simpan rapi oleh ibu ku.



to be continued.....

3 komentar:

  1. wah hebat ibunya kak arie O:-) salam buat ibu yo kak~

    BalasHapus
  2. Abaaaangggg.... namanya bagus banget lho itu... pejuang agama.... Semangat Abanggggg :)

    BalasHapus
  3. saya malah penasaran dengan arti Maharinga apa bang Ari

    BalasHapus